Jumat, 24 Mei 2013

Tarian Perpisahan


Akhirnya waktu itu pun datang. Dalam sepenggal malam yang begitu sepi. Sepi yang mengalunkan elegi sendu. Yang mengantarkan jari untuk berdansa dengan tuts keyboard. Menarikan tarian perpisahan. Sebuah kecup di dahi mengawali mereka menari, bebas menghentak malam yang semakin kelam.

Malam ini, lemari sudah di kosongkan, rak-rak buku menyisakan ruang. Kardus-kardus besar tertumpuk rapi di salah satu sudut kamar. Namun komputer dengan beragam stiker perjalanan ini masih berada ditempatnya. Untuk malam ini, malam terakhirnya. Biar ia puas meneguk apa-apa yang pernah ia bagi bersamaku. Bersama emosi yang mengendap dalam ujung jari.

Aku mengela nafas pelan. Mengumpulkan banyak energi untuk menyelesaikan tarian perpisahan ini. Mengendapkan imajinasi dan kemudian memecahnya dalam lesatan-lesatan kata yang berpilin membentuk rasa.

Gelembung-gelembung udara terbang disekitarku. Mereka berpendar dalam keremangan. Dan aku bisa melihat ada kisah di dalamnya. Ya, itu kisah-kisahku. Kisah-kisah yang aku bagi bersama komputer ini.

Aku melihatnya. Saat-saat pertama ia datang ke zona nyamanku ini. Berpenampilan sederhana. Malu-malu memanggilku manja. Lalu kami menari bersama, ya itu tarian pertama kami. Dan sepanjang bulan itu kami menari ditemani berbungkus-bungkus mie instan. Ah, itu sudah hampir tiga tahun yang lalu.

Hari berganti hari. Sedikit demi sedikit aku mulai mengupgrade komputer ini. Bukan dengan biaya yang sedikit memang, bahkan beberapa kali aku harus berjuang melewati hari dengan hanya sebungkus mie instan. Tapi, rasanya itu harga yang pantas untuk apa-apa yang komputer ini telah berikan.


Ada terlalu banyak kisah yang kami tarikan bersama. Kisah-kisah yang terkadang aku kutuki. Aku ingat, kadang komputer ini dengan zona nyamannya selalu berhasil mengikatku erat agar tak beranjak dari game-game yang ditawarkannya. Dimana semua inderaku berpusat dalam sebuah layar 14 inci di depanku. Ngegame selalu berhasil membuatku lupa akan waktu yang terus berputar konstan meninggalkan segalanya di belakang. Namun, tentu saja aku tak pernah bisa melupakan tentang lagu-lagu yang dimainkannya. Film-film yang diputarnya. Juga cerita-cerita yang kubagi lewat pijatan di tuts keyboardnya. Berkali-kali komputer ini berhasil menyelamatkanku dari kebosanan yang menderu. Dari kesepian yang terkadang terlalu tega. Atau dari konflik-konflik yang terlalu asik untuk dituangkan dalam sebuah sinetron.

Rasanya semuanya itu baru berlangsung kemarin. Dan kini tarian terakhir itu harus diselesaikan. Tarian perpisahan yang begitu sendu.

Gelembung-gelembung udara yang berisi kisah itu sekarang sudah hilang entah dimana. Menyisakan aku yang duduk mematung mengenang semuanya.

Terimakasih telah mengantarku sejauh ini kawan. Hingga gelar S.Pd yang sedikit menambah panjang namaku. Terimakasih untuk semua kenangan yang telah kita lewati. Kini tiba saatnya untuk berpisah. Tarian perpisahan ini telah sampai di penghujung geraknya. Saatnya aku untuk melangkah jauh dari zona nyaman yang kau tawarkan. Karena dunia di luar sana telah lama menanti kedatanganku.

Untuk hari-hari yang telah lalu. Dan untuk tarian yang telah selesai.

Aku siap melangkah menuju kehidupanku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar