Akhirnya waktu itu pun datang.
Dalam sepenggal malam yang begitu sepi. Sepi yang mengalunkan elegi sendu. Yang
mengantarkan jari untuk berdansa dengan tuts keyboard. Menarikan tarian
perpisahan. Sebuah kecup di dahi mengawali mereka menari, bebas menghentak
malam yang semakin kelam.
Malam ini, lemari sudah di
kosongkan, rak-rak buku menyisakan ruang. Kardus-kardus besar tertumpuk rapi di
salah satu sudut kamar. Namun komputer dengan beragam stiker perjalanan ini
masih berada ditempatnya. Untuk malam ini, malam terakhirnya. Biar ia puas
meneguk apa-apa yang pernah ia bagi bersamaku. Bersama emosi yang mengendap
dalam ujung jari.
Aku mengela nafas pelan.
Mengumpulkan banyak energi untuk menyelesaikan tarian perpisahan ini.
Mengendapkan imajinasi dan kemudian memecahnya dalam lesatan-lesatan kata yang
berpilin membentuk rasa.
Gelembung-gelembung udara terbang
disekitarku. Mereka berpendar dalam keremangan. Dan aku bisa melihat ada kisah
di dalamnya. Ya, itu kisah-kisahku. Kisah-kisah yang aku bagi bersama komputer
ini.
Aku melihatnya. Saat-saat pertama
ia datang ke zona nyamanku ini. Berpenampilan sederhana. Malu-malu memanggilku
manja. Lalu kami menari bersama, ya itu tarian pertama kami. Dan sepanjang
bulan itu kami menari ditemani berbungkus-bungkus mie instan. Ah, itu sudah
hampir tiga tahun yang lalu.
Hari berganti hari. Sedikit demi
sedikit aku mulai mengupgrade
komputer ini. Bukan dengan biaya yang sedikit memang, bahkan beberapa kali aku
harus berjuang melewati hari dengan hanya sebungkus mie instan. Tapi, rasanya
itu harga yang pantas untuk apa-apa yang komputer ini telah berikan.
Ada terlalu banyak kisah yang
kami tarikan bersama. Kisah-kisah yang terkadang aku kutuki. Aku ingat, kadang
komputer ini dengan zona nyamannya selalu berhasil mengikatku erat agar tak
beranjak dari game-game yang
ditawarkannya. Dimana semua inderaku berpusat dalam sebuah layar 14 inci di
depanku. Ngegame selalu berhasil
membuatku lupa akan waktu yang terus berputar konstan meninggalkan segalanya di
belakang. Namun, tentu saja aku tak pernah bisa melupakan tentang lagu-lagu
yang dimainkannya. Film-film yang diputarnya. Juga cerita-cerita yang kubagi lewat
pijatan di tuts keyboardnya. Berkali-kali komputer ini berhasil menyelamatkanku
dari kebosanan yang menderu. Dari kesepian yang terkadang terlalu tega. Atau
dari konflik-konflik yang terlalu asik untuk dituangkan dalam sebuah sinetron.
Rasanya semuanya itu baru
berlangsung kemarin. Dan kini tarian terakhir itu harus diselesaikan. Tarian
perpisahan yang begitu sendu.
Gelembung-gelembung udara yang
berisi kisah itu sekarang sudah hilang entah dimana. Menyisakan aku yang duduk
mematung mengenang semuanya.
Terimakasih telah mengantarku
sejauh ini kawan. Hingga gelar S.Pd yang sedikit menambah panjang namaku.
Terimakasih untuk semua kenangan yang telah kita lewati. Kini tiba saatnya
untuk berpisah. Tarian perpisahan ini telah sampai di penghujung geraknya. Saatnya
aku untuk melangkah jauh dari zona nyaman yang kau tawarkan. Karena dunia di
luar sana telah lama menanti kedatanganku.
Untuk hari-hari yang telah lalu.
Dan untuk tarian yang telah selesai.
Aku siap melangkah menuju
kehidupanku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar