Setiap orang berhak
untuk mencintai maupun dicintai. Bahkan, setiap orang pasti pernah
merasakan cinta, dan mungkin tak hanya sekali mengalaminya. Entah
itu mencintai, ataupun dicintai. Namun, untuk menjalin sebuah
hubungan antara dua makhluk berlainan jenis kelamin, laki-laki dan
perempuan, tak hanya mengandalkan sesuatu yang bernama cinta itu.
Lalu apakah sebenarnya
cinta itu? Menurut saya, cinta adalah hasil sampingan dari perasaan,
sama halnya dengan rasa suka, benci, kecewa, sayang, dan sebagainya.
Namun, kita selalu memberi porsi lebih untuk cinta, sehingga kadang
cinta bisa membuat kita tersenyum sepanjang siang atau malah
memandang resah gelap malam.
Yang namanya perasaan
itu bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Mungkin hari ini saya suka
dengan lagu-lagu dari ERK, namun esok lusa boleh jadi sudah bosan dan
berganti dengan lagu-lagu yang lain. Sama halnya dengan cinta, kalau
tidak berhati-hati cinta akan bernasib sama dengan rasa suka saya
akan lagu-lagu.
Bisa dibayangkan jika
sepasang muda-mudi menjalin sebuah hubungan hanya bermodalkan rasa
cinta. Mungkin hari ini alangkah bahagianya mereka dengan hari-hari
mereka. Lalu bagaimanakah dengan satu, dua, atau tiga tahun lagi??
Saya kira untuk
menjalin hubungan tak cukup hanya bermodalkan cinta. Perlu sesuatu
yang lain yang bisa terus mengikat mereka. Ialah komitmen. Komitmen
akan hubungan mereka, maupun komitmen akan diri mereka masing-masing.
Komitmen inilah yang mengikat dua jiwa yang saling mencintai dan
saling dicintai.
Komitmen disini kadang
disalah artikan oleh beberapa pihak. Komitmen bukan hanya memikirkan
rencana kedepan hubungan mereka, namun juga memikirkan apa yang
terjadi hari. Komitmen juga menuntut kerja-kerja untuk menwujudkan
harapan hubungan mereka. Kerja-kerja inilah yang disebut tanggung
jawab. Komitmen tanpa rasa tanggung jawab adalah kekosongan semata.
Seseorang mungkin
sudah sangat siap untuk mencintai, namun kesiapan mencintai ini belum
tentu berbanding lurus dengan kesiapannya untuk berkomitmen. Cinta
yang tanpa komitmen tak bisa mewujud menjadi sebuah ikatan yang kuat.
Apabila dipaksakan, ia hanya akan saling menghancurkan.
Saya punya seorang
teman. Ia dicintai oleh seorang perempuan, dan ia juga mencintai
-mungkin- perempuan tersebut, tapi ia sama sekali belum memiliki
komitmen. Namun, salahnya adalah ia selalu memberi harapan kepada
perempuan itu. Harapan tanpa komitmen hanya akan menjadi harapan
kosong. Lihatlah sekarang, mereka berdua saling mencintai, tapi
dengan belum adanya komitmen, mereka hanya akan saling menyakiti.
Saya rasa yang namanya
jodoh itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Suatu saat, ia -jodoh kita
masing-masing- akan datang dengan sendirinya lewat bimbingan Tuhan,
mungkin lewat cara yang tak pernah bisa dibayangkan oleh akal
manusia.
Biar saya bercerita
tentang kisah cinta dari masa lalu, kisah cinta klasik antara seorang
pria dan seorang perempuan. Sebuah cinta sejati.
Adalah seorang pria,
biasa-biasa saja. Tidak begitu tampan, tapi tak jelek-jelek amat
juga. Kurus dan tinggi dengan rambut yang ikal. Wajahnya khas wajah
anak desa, karena ia memang lahir dan besar di sebuah desa terpencil
di daerah jawa tengah. Ia pendiam dan pemalu. Ia anak tertua dari
tiga bersaudara dikeluarganya. Keluarga yang sangat sederhana.
Adalah seorang
perempuan, biasa-biasa saja. Tidak begitu cantik, tapi tak
jelek-jelek amat juga. Kecil dengan rambut yang tergerai lurus.
Wajahnya manis, khas daerah pedesaan, karena ia memang lahir dan
besar di sebuah desa terpencil di daerah jawa tengah. Ia cerewet dan
supel, pokoknya enak di ajak ngobrol. Ia anak tertua dari tiga
bersaudara dikeluarganya. Keluarga yang sangat-sangat sederhana
dengan semua keterbasannya.
Dua remaja ini tumbuh
di daerah yang sama, cukup berdekatan untuk ukuran desa, tapi mungkin
jauh untuk ukuran kota. Kalian tahu lah ukuran dekat yang pas untuk
daerah kota dengan semua keindividualisannya. mereka tumbuh dan
berkembang pada waktu dan lingkungan yang berbeda. Ya, mereka
berselisih umur enam tahun dan keluarga mereka jelas-jelas sangat
berbeda.
Si pria tadi tumbuh
bersama keluarga yang sederhana, namun dengan keadaan yang sangat
baik. Meskipun ia harus tinggal dengan kakek dan neneknya karena ayah
dan ibunya sekali mengurusi adik-adiknya yang masih hanya terpaut
satu dan dua tahun darinya. Namun kalian tahu siapa kekenya? Ia
adalah tokoh yang sangat berpengaruh di desanya. Siapa yang tidak
tahu kakek si pria kita ini. Kalian tahulah, seorang tokoh masyarakat
pastinya sangat dihargai oleh masyarakatnya. Karena seorang tokoh
masyarakat pastilah memiliki pemahaman-pemahaman baik hingga ia
sangat disegani oleh masyarakatnya. Maka pria kita ini tumbuh di
lingkungan keluarga yang mungkin bisa dibilang lebih dibanding
anak-anak lain didesanya, tapi tetap dengan kesederhanaan desa
tentunya. Namun meskipun harus berpisah dengan ayah ibunya, ia tak
penah kekurangan kasih sayang, karena ayah dan ibunya tak pernah lupa
akan hal ini, belum lagi kakek dan neneknya. Maka berlebih kasih
sayanglah pria kita ini.
Lalu bagaimana dengan
perempuan kita ini? Ia juga tinggal dengan kakek dan neneknya, sama
halnya dengan si pria. Lalu apa bedanya? Ah, sabar sebentar kawan,
biar saya ceritakan detailnya. Perempuan kita ini datang dari
keluarga yang sangat sederhana -miskin-, ia harus tinggal dengan
kakek dan neneknya karena ayah ibunya repot sekali harus mengurus
adik-adiknya. Dengan keadaan yang pas-pasan, mana sanggup mereka
membesarkan tiga anak yang masih sangat kecil-kecil sekaligus. Maka
perempuan kita ini hidup dengan keluarga kakek dan neneknya yang
mungkin sedikit lebih baik keadaan ayah dan ibunya.
waktu berlalu,
berputar dalam putaran yang sama. Menit, jam, hari, minggu, bulan,
tahun, terus berulang seperti itu. Namun takdir masih juga belum
berbaik hati mempertemukan mereka.
Si pria berhasil naik
kelas ke kelas 2 sma ketika si perempuan baru akan masuk SMP. Jaman
dahulu, perbedaan umur tidak bisa menjadi ukuran perbedaan kelas di
sekolah. Bahkan kalau boleh saya kasih bocoran, ada yang baru masuk
SD pada umur belasan tahun kawan. Bisa kita bayangkan betapa anehnya
siswa-siswa kelas satu di SD-SD jaman dahulu. Namun kita tak akan
membahas itu kawan, yang akan saya bahas adalah pria dan perempuan
kita ini. Rupa-rupanya waktu sudah berbaik hati mempertemukan mereka
kawan. Perempuan kita ini ternyata menjadi teman sekelas dan bahkan
menjadi teman akrab adik laki-laki pria kita ini. Kita bisa melihat
bagaimana jalan takdir dengan kekuatan misteriusnya telah menjalin
kisah yang sungguh boleh jadi adalah kisah cinta sejati.
Yang namanya teman
akrab sudah pasti sering main bersama, begitu pula dengan perempuan
kita ini. Perempuan kita ini sering sekali main kerumah si pria. Hey,
bukan untuk bertemu pria kita kawan, tapi untuk berkumpul bersama
teman-temannya, karena rumah si pria kita ini juga rumah adik
laki-lakinya juga bukan. Jadilah si pria kita ini sering melihat si
perempuan begitu pula sebaliknya. Kenal akrab? Ah, masih jauh kawan,
mereka berdua hanya sebatas menyapa tahu nama.
Namun, lama kelamaan
benih-benih cinta itu mulai muncul kawan. Seperti bunga-bunga yang
bermekaran di taman. Indah. Namun sayang seribu sayang, perasaan itu
hanya tumbuh subur di hati si pria kawan. Cinta itu hanya bertepuk
sebelah tangan untuk. Perempuan kita ini hanya menganggap si pria
kita sebagai kenalan dan sebatas tahu. Seperti yang sudah saya
katakan sebelumya, perempuan ini cerewet dan supel sekali. Ia baik
dan akrab dengan siapa saja. Celakanya, sikap inilah yang membuat
pria kita jatuh hati.
Kalian tahu? Ternyata
yang namanya cinta itu dari generasi ke generasi ternyata sama saja
-Cinta disini berbeda dengan nafsu kawan-. Mungkin yang membedakan
generasi satu ke generasi lainnya hanya medianya saja. Jaman dahulu
mungkin cukup bertukar kabar menggunakan surat. Berbagi cerita dan
mungkin kadang norak lewat tinta yang tersusun rapi pada selembar
kertas. Meskipun terkadang surat hari ini baru bisa sampai ke tujuan
dua atau tiga hari lagi, tapi yang namanya cinta itu tak mengenal
kata basi. Selalu saja menarik untuk dibagi bersama pujaan hati.
Dimasa modern ini, surat telah digantikan dengan fungsi handphone.
Lihatlah, pesan bisa terkirim lewat hitungan detik. Bahkan kita bisa
berbincang secara leluasa dengan seseorang lain yang berada entah
dimana. Rasanya perbedaan jarak sudah tak lagi berpengaruh pada
kehidupan muda mudi dijaman sekarana ini. Dan sekarang bahkan sudah
lebih canggih lagi dibanding sepuluh tahun yang lalu, lihatlah
facebook, twitter, wats up, dan berbagai ubersosial dan software yang
ada. Entah apalagi yang bisa diciptakan orang-orang canggih dimassa
datang untuk membantu kehidupan cinta muda-mudi, saya sudah tidak
bisa membayangkannya.
Sama halnya dengan
pecinta di jaman sekarang, di jaman dahulu cinta juga bisa menjadikan
orang-orang yang jatuh cinta menjadi sangat egois. Hal-hal yang
seharusnya bisa dilihat dari banyak sisi, ia dengan teganya hanya
membenarkan hal yang disampaikan hatinya. Padahal, yang namanya hati
itu terkadang kalau kita tak bisa mengontrolnya malah akan menjebak
kita. Ketika kita membiarkan hati merangkai semua kejadian disekitar
dan menghubungkannya dengan banyak hal hanya untuk menyenangkan hati,
maka lama-kelamaan kita akan terjebak dan tak lagi mampu membedakan
mana yang nyata, dan mana yang hanya khayalan belaka. Pria kita ini
juga begitu. Padahal perempuan ini, karena memang sifatnya yang supel
dan mudah akrab dengan siapa saja, hanya menganggap si pria sebagai
kenalan. Ia menghormatinya hanya karena ia sebagai kakak dari
sahabatnya. Menyapa sama seperti ia menyapa semua orang yang
dikenalnya. Bercerita dan tertawa sama seperti yang ia lakukan
bersama teman-teman dan sahabatnya. Namun si pria ini sudah terlanjur
membiarkan hatinya berharap, hingga hatinya bebas merangkaikan semua
kejadian untuk menyenangkan harapannya. Kesalahan yang amat fatal.
Jadilah si pria kita
ini terkadang salah dalam mengartikan maksud dari si perempuan.
Beberapa hal yang seharusnya biasa saja jika kita memandangnya dari
sisi yang normal menjadi luar biasa ketika dipahami oleh pria kita
ini. Namun, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Pria kita ini
adalah seorang pemalu kawan. Maka apa yang ia lakukan hanya sebatas
menyapa. Lebih banyak lagi curi-curi pandang, sibuk mencari perhatian
si perempuan lewat hal-hal norak yang mungkin buat kalian yang pernah
jatuh cinta, pernah melakukannya sendiri di kehidupan kalian. Ia
sibuk untuk membenarkan isyarat-isyarat dari si perempuan yang
sebenarnya biasa saja untuk menyenangkan hatinya. Hanya sebatas itu
kawan. Mungkin yang paling berani adalah saat ia menitipkan salam
untuk si perempuan lewat teman si perempuan tadi, namun teganya
temannya tadi tak pernah menyampaikan salam tersebut. Bagaimana
tidak, hal-hal norak dari para pecinta ini jika dinalar dengan
pikiran yang jernih sungguh benar-benar menjengkelkan. Tinggal bilang
sendiri salam tersebut, semua selesai, beres. Tak usah repot-repot
menitipkan salam kesiapalah, apalagi yang lebih tidak logis lagi,
menitipkan salam lewat angin malam, lewat cahaya senja, atau apapun
itu yang berada diluar logika. Jadilah si pria ini selalu
menunggu-nunggu dengan cemas, membiarkan kesibukan hatinya ini
mengalihkannya dari kesibukan fisik yang justru jauh lebih
bermanfaat.
Namun seiring
berjalannya waktu, si pria kita ini telah belajar banyak hal. Seperti
apalah kata bijak itu, bersabarlah, maka waktu akan mengajarimu
banyak hal. Ya, pria kita ini, karena sifat pemalunya yang memaksa ia
untuk selalu bersabar, akhirnya waktu berbaik hati untuk mengajarinya
tentang pemahaman-pemahan baik itu. Ia sadar, tak selamanya ia
bersikap seperti itu. Dan ia kadang tertawa sendiri akan hal-hal apa
yang sudah dilakukannya. Ada banyak hal dalam hidupnya yang harus ia
ubah. Ia telah lulus dari SMA, dan ada banyak hal yang harus ia
persiapkan. Karena menurutnya cinta saja tak akan cukup untuk
menjalin hubungan, perlu sesuatu yang lain selain cinta untuk
mengikat seorang pria dan wanita. Saya kali ini setuju dengan
pendapatnya. Sesuatu itulah yang namanya komitmen. Komitmen ini
menuntut dirinya untuk mempersiapkan diri hingga ia bisa menjadi
pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya, baik materi maupun
kedewasaannya.
Maka ia memutuskan
untuk berusaha mengontrol hatinya, menunda perasaan cintanya. Maka ia
menyibukan dirinya dengan hal-hal baik untuk tak membiarkan hatinya
sibuk berharap. Ia bekerja di sebuah proyek pengairan untuk
menyibukan diri selain juga untuk menimba pengalaman dan ilmu
sebanyak banyaknya. Setelah dirasa cukup belajar, ia kemudian kembali
berpetualang kekota Bandung. Mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.
Menyiapkan materi dan pribadi menjadi jauh lebih baik lagi. Sambil
menunggu kesempatan itu datang, ia menyibukan dirinya dengan hal-hal
baik yang akan mengajarinya banyak hal.
Waktu yang
ditunggunyapun tiba, kesempatan itu telah datang, ia memutuskan untuk
kembali pulang ke desanya. Menata hidupnya dengan baik di desa, di
kehidupan yang sederhana. Dan ketika semua persiapannya telah cukup,
ia telah punya sedikit petak sawah dan rumah, maka ia dengan jantan
mendatangi seperumpuan. Melamarnya. Ya, kini si pria inni sudah
berubah dari seorang lelaki pemalu menjadi jauh lebih dewasa, lihat
lah, ia sudah berani mendatangi seorang perempuan. Bukan untuk
berbual bilang cinta seperti yang kalian lakukan, tpi untuk melamar.
Sungguh manis sekali kawan.
Lalu bagai mana dengan
perempuan kita kawan? Ia juga sudah berubah, bukan lagi sebagai
perempuan ingusan yang dikepang dua seperti waktu SMP. Ia sekarang
sudah tumbuh menjadi gadis yang canti dengan rambutnya yang tergerai.
Dan yang lebih menajubkan lagi tentu kecantikan hatinya. Selama ini,
seperti si pria tadi, ia mengisi proses menunggunya dengan melakukan
hal-hal baik untuk memperbaiki diri lewat pengalaman-pengalaman
tentunya. Dan takdir berbaik hati untuk mengajarinya banyak hal lewat
cobaan-cobaan yang justru terkadang kalian kutuki. Lihatlah,
kehidupan keluarganya tidak berubah dari dulu, masih sangat
sederhana. Ayah nya harus bekerja di jakarta untuk mengadu nasib, pun
sama dengan ibunya yang menjadi TKW di luar negeri, bahkan sebelum
pekerjaan itu tenar dikalangan masyarakat desa. Dan yang lebih
menyakitkan lagi, adiknya yang terakhir mengalami stres karena beban
hidup yang seperti itu. Namun, perempuan kita ini justru menjadikan
semua cobaan itu untuk menempa dirinya menjadi sesuatu yang lebih
berharga lagi. Seperti sebuah intan yang ditempa oleh tekanan dan
suhu yang tinggi. Ia benar-benar mengisi proses menunggunnya dengan
sesuatu hal yang sungguh bermanfaat.
Akhirnya waktu telah
menguakan rahasianya. Kesempatan itu apun akhirnya datang. Maka ia
tak kuasa menolak, bagaimana mungkin ia kuasa menolak seorang pria
dewasa dengan segala kematangannya. Dan urusan cinta itu sama dengan
bentuk perasaan lainnya seperti suka, senang, kecewa, benci, dan yang
lainnya. Ketika ia membuka hati dan pemahamannya, maka cinta akan
bermekaran dengan indahnya.
Takdir telah menjawab
kesabaran mereka. Kesabaran yang tak hanya menunggu berpangku tangan,
tapi menunggu yang di isi oleh proses-proses berkualitas. Mereka
telah menuai janji bahwa setiap manusia itu diciptakan
berpasang-pasangan. Setiap orang pasti punya jodohnya
sendiri-sendiri, dan takdir akan menguakan rahasianya. Kalau mungkin
ada pria atau perempuan yang hingga kakek atau nenek belum bertemu
juga dengan jodohnya, maka sebenarnya Tuhan telah menyiapkan sesuatu
yang jauh lebih berharga dibandinhkan urusan dunia. Karena Dia tahu
yang terbaik untuk hamba-hambanya. Dan sekali lagi Tuham telah
menunjukan kekuasaanNya lewat kisah pria dan perempuan kita ini.
Hingga kini, pasangan
pria dan prempuan kita ini masih tetap mesra dan romantis memadu
cinta. Mereka dikaruniai tiga orang anak, bahkan Tuhan berbaik hati
memberikan sepasang anak kembar untuk anak pertama dan kedua mereka.
Mereka selalu menularkan pengertian cinta mereka kepada anak-anaknya,
serta lingkungan sekitarnya. Dan saya benar-benar bangga bisa
mengemas kisah mereka pada berderet-deret kalimat pada tulisan saya
ini. Lebih bangga lagi karena saya adalah bagian dari kehidupan
mereka, saya adalah salah satu dari anak kembar mereka.
Untuk setiap pecinta
di muka bumi ini. Bersabarlah menunggu kesempatan luar biasa itu
datang. Mengisinya lewat proses-proses hebat, memperbaiki diri, dan
meraup sebanyak-banyaknya pemahaman baik disekitar kita. Untuk para
perempuan, jangan samapai kalian termakan rayuan gombal seorang
pemuda yang hanya bisa menyakitimu lewat cinta-cinta mereka.
Tunggulah ketika pemuda gagah itu datang membawa cinta yagn telah
diikat dengan komitmen dan pemaham baik. Dan untuk setiap pria, mari
kita bersama-sama belomba memperbaiki diri, meraup pemahan baik
sebanyak-banyaknya. Mempersiapkan sesuatu yang bernama komitmen.
Menunggu kesempatan itu datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar