Minggu, 03 Maret 2013

Pesan Sang Waktu


Sebuah hari telah berlalu lagi. Kini pagi tlah datang membawa hari yang baru dalam suasana khidmat bertabur kabut. Pagi ini juga membawa kesadaran baru bagiku, bahwa aku kini telah berganti status dari mahasiswa menjadi seorang sarjana.

Rasa-rasanya baru kemarin aku mengikuti serangkaian kegiatan pendaftaran dan penyambutan kampus, tapi sekarang sudah harus menerima kenyataan bahwa aku bukan lagi seorang mahasiswa dengan semua kenyamanannya. Waktu melesat begitu cepat.

Ya, rasanya tak ada status yang lebih nyaman dari menjadi seorang mahasiswa. Walaupun banyak tugas menumpuk, kadang kiriman bulanan telat atau secukupnya, makan juga jauh dari pola sehat, romansa yang acak dan tak tentu arah, tapi entah kenapa menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kenyamanan yang sangat. Kalau setiap mahasiswa mau membuka matanya sedikit lebih lebar, saat-saat menjadi mahasiswa adalah saat dimana pembelajaran akan kedewasaan berlangsung. Kita ditempa dalam suatu keadaan untuk menjadi dewasa, kalau kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian, niscaya ada banyak hal yang bisa menjadi alasan untuk kita bisa dibilang dewasa. Walaupun aku juga tak benar-benar tau kriteria dewasa itu seperti apa.

Namun, sekali lagi. Waktu melesat begitu cepat. Ia dengan teganya menarikku jauh melesat meninggalkan masa-masa itu. Tapi begitulah memang waktu, ia berputar tanpa mau tau keadaan kita. Karena ia punya caranya sendiri untuk berputar dalam arah.

Tapi, memang begitulah tugas dari waktu. Ia akan membawa kita pada keadaan-keadaan selanjutnya, kisah-kisah yang berbeda. Kadang senang, kadang pula menyakitkan. Tapi, apapun itu, waktu sebenarnya selalu berhasil mengajari kita banyak hal agar kita tetap bisa tumbuh lebih baik dari sebelumnya. Meskipun, kadang ada saja sebagian orang yang terlalu bebal untuk mengerti pesan yang disampaikan oleh waktu.

Suatu waktu, kita hanya bisa menangis di pangkuan orang-orang terkasih. Berucap tanpa kata,berkehendak tanpa penyampaian. Tapi kemudian waktu membawa kita kemasa-masa yang lain, saat kita akhirnya bisa berucap. Kata papa atau mama. Waktu mengajari kita bagaimana menggunakan bahasa.

Di suatu waktu yang lain, kita hanya bisa merangkak. Berusaha menggapai-gapai mainan di atas meja. Tapi, di masa yang lain waktu kembali membawa kita ke masa dimana kita bisa berlari sepuasnya dan mengambil apapun benda yang ada di atas meja, ataupun benda yang lebih tinggi sekalipun. Karena waktu mengajari kita bagaimana cara berjalan, melompat, dan berlari.

Ya, begitulah waktu. Ia berputar membawa kita kepada keadaan-keadaan yang baru, kisah-kisah yang berbeda dari sebelumnya. Sama halnya saat aku lulus SMA dulu, aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana hidup dalam lingkungan yang baru, jauh dari lingkungan keluarga yang selalu melindungiku. Tapi, nyatanya sekarang, aku begitu nyaman dengan keadaan ini. Keadaan dimana aku bertanggung jawab pada diriku sendiri, bagaimana caranya menjadi diri sendiri.

Sekarang ini, sama halnya seperti masa-masa lulus SMA dulu, akupun merasa bagitu takutnya menghadapi kehidupan selanjutnya. Dimana aku harus berpisah dengan kenyamanan menjadi seorang mahasiswa, berpisah dengan sahabat-sahabat terbaik, menanggung tanggung jawab yang jauh lebih besar dari pada sebelumnya, dan yang pasti bertanggung jawab akan gelar sarjana yang aku punya sekarang.

Dan aku benar-benar benci akan pertanyaan 'setelah sekarang mau kemana?'.

Tapi, sama sepeti masa-masa sebelumnya. Waktu pasti akan kembali membawaku jauh ke keadaan yang tak pernah kubayangkan. Ia akan mengajari banyak hal, membawa banyak kisah berbeda. Aku percaya itu.

Sama halnya dengan seorang pesakitan yang akhirnya bisa berdamai dengan masa lalunya, karena waktu akan selalu menyembuhkan. Tapi ia tak hanya menyembuhkan, tapi juga mengajari banyak hal hingga akhirnya seorang pesakitan itu telah menjelma menjadi seorang petualang yang bijak. Petualang kehidupan.

Seperti kisahku ini, akupun yakin waktu akan membawaku bertualang dalam kisah-kisah yang berbeda. Waktu akan mengajariku banyak hal. Tapi sekali lagi, kita sendiri lah yang menjalani kehidupan ini, waktu hanya sebagai katalis yang membantu perjalanan kita. Apapun pilihannya, kita sendiri yang memutuskan.

Aku yakin, pada suatu massa waktu pasti akan menyelesaikan tugasnya, mengajari kita banyak hal. Tapi cepat atau lambatnya, kita sebdiri yang memutuskan. Itulah pilihan yang harus kita ambil. Pesakitan tadi, mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk menjadi seorang petualang bijak, tapi sebenarnya ia bisa saja menjelma menjadi seorang petualang bijak hanya dalam hitungan bulan. Semua pilihan ada padanya.

Waktu pasti akan membawaku pada kisah selanjutnya yang berbeda, mengajariku banyak hal. Tapi cepat atau lambatnya perjalanan itu, aku sendiri yang menentukannya. Sekarang ini, aku mungkin memang masih dalam keadaan transisi, tapi aku yakin waktu pasti akan membawaku pada kisah yang baru. Mungkin bisa cepat, mungkin bisa bertahun-tahun. Itu semua pilihanku sendiri. Dan aku harus jadi kuat untuk bisa memilih.

Waktu memang akan menyembuhkan segala luka,  waktu memang akan menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Tapi cepat atau lambatnya, kita sendiri yang menentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar