Sebuah
hari telah berlalu lagi. Kini pagi tlah datang membawa hari yang baru dalam
suasana khidmat bertabur kabut. Pagi ini juga membawa kesadaran baru bagiku,
bahwa aku kini telah berganti status dari mahasiswa menjadi seorang sarjana.
Rasa-rasanya
baru kemarin aku mengikuti serangkaian kegiatan pendaftaran dan penyambutan
kampus, tapi sekarang sudah harus menerima kenyataan bahwa aku bukan lagi
seorang mahasiswa dengan semua kenyamanannya. Waktu melesat begitu cepat.
Ya,
rasanya tak ada status yang lebih nyaman dari menjadi seorang mahasiswa.
Walaupun banyak tugas menumpuk, kadang kiriman bulanan telat atau secukupnya,
makan juga jauh dari pola sehat, romansa yang acak dan tak tentu arah, tapi
entah kenapa menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kenyamanan yang sangat.
Kalau setiap mahasiswa mau membuka matanya sedikit lebih lebar, saat-saat
menjadi mahasiswa adalah saat dimana pembelajaran akan kedewasaan berlangsung.
Kita ditempa dalam suatu keadaan untuk menjadi dewasa, kalau kita bisa
mengambil pelajaran dari setiap kejadian, niscaya ada banyak hal yang bisa
menjadi alasan untuk kita bisa dibilang dewasa. Walaupun aku juga tak
benar-benar tau kriteria dewasa itu seperti apa.
Namun,
sekali lagi. Waktu melesat begitu cepat. Ia dengan teganya menarikku jauh
melesat meninggalkan masa-masa itu. Tapi begitulah memang waktu, ia berputar
tanpa mau tau keadaan kita. Karena ia punya caranya sendiri untuk berputar
dalam arah.
Tapi,
memang begitulah tugas dari waktu. Ia akan membawa kita pada keadaan-keadaan
selanjutnya, kisah-kisah yang berbeda. Kadang senang, kadang pula menyakitkan.
Tapi, apapun itu, waktu sebenarnya selalu berhasil mengajari kita banyak hal
agar kita tetap bisa tumbuh lebih baik dari sebelumnya. Meskipun, kadang ada
saja sebagian orang yang terlalu bebal untuk mengerti pesan yang disampaikan
oleh waktu.
Suatu
waktu, kita hanya bisa menangis di pangkuan orang-orang terkasih. Berucap tanpa
kata,berkehendak tanpa penyampaian. Tapi kemudian waktu membawa kita
kemasa-masa yang lain, saat kita akhirnya bisa berucap. Kata papa atau mama.
Waktu mengajari kita bagaimana menggunakan bahasa.
Di
suatu waktu yang lain, kita hanya bisa merangkak. Berusaha menggapai-gapai
mainan di atas meja. Tapi, di masa yang lain waktu kembali membawa kita ke masa
dimana kita bisa berlari sepuasnya dan mengambil apapun benda yang ada di atas
meja, ataupun benda yang lebih tinggi sekalipun. Karena waktu mengajari kita
bagaimana cara berjalan, melompat, dan berlari.
Ya,
begitulah waktu. Ia berputar membawa kita kepada keadaan-keadaan yang baru,
kisah-kisah yang berbeda dari sebelumnya. Sama halnya saat aku lulus SMA dulu,
aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana hidup dalam lingkungan yang baru,
jauh dari lingkungan keluarga yang selalu melindungiku. Tapi, nyatanya sekarang,
aku begitu nyaman dengan keadaan ini. Keadaan dimana aku bertanggung jawab pada
diriku sendiri, bagaimana caranya menjadi diri sendiri.
Sekarang
ini, sama halnya seperti masa-masa lulus SMA dulu, akupun merasa bagitu
takutnya menghadapi kehidupan selanjutnya. Dimana aku harus berpisah dengan
kenyamanan menjadi seorang mahasiswa, berpisah dengan sahabat-sahabat terbaik,
menanggung tanggung jawab yang jauh lebih besar dari pada sebelumnya, dan yang
pasti bertanggung jawab akan gelar sarjana yang aku punya sekarang.
Dan
aku benar-benar benci akan pertanyaan 'setelah sekarang mau kemana?'.
Tapi,
sama sepeti masa-masa sebelumnya. Waktu pasti akan kembali membawaku jauh ke
keadaan yang tak pernah kubayangkan. Ia akan mengajari banyak hal, membawa
banyak kisah berbeda. Aku percaya itu.
Sama
halnya dengan seorang pesakitan yang akhirnya bisa berdamai dengan masa
lalunya, karena waktu akan selalu menyembuhkan. Tapi ia tak hanya menyembuhkan,
tapi juga mengajari banyak hal hingga akhirnya seorang pesakitan itu telah
menjelma menjadi seorang petualang yang bijak. Petualang kehidupan.
Seperti
kisahku ini, akupun yakin waktu akan membawaku bertualang dalam kisah-kisah
yang berbeda. Waktu akan mengajariku banyak hal. Tapi sekali lagi, kita sendiri
lah yang menjalani kehidupan ini, waktu hanya sebagai katalis yang membantu
perjalanan kita. Apapun pilihannya, kita sendiri yang memutuskan.
Aku
yakin, pada suatu massa waktu pasti akan menyelesaikan tugasnya, mengajari kita
banyak hal. Tapi cepat atau lambatnya, kita sebdiri yang memutuskan. Itulah
pilihan yang harus kita ambil. Pesakitan tadi, mungkin butuh waktu puluhan
tahun untuk menjadi seorang petualang bijak, tapi sebenarnya ia bisa saja
menjelma menjadi seorang petualang bijak hanya dalam hitungan bulan. Semua pilihan
ada padanya.
Waktu
pasti akan membawaku pada kisah selanjutnya yang berbeda, mengajariku banyak
hal. Tapi cepat atau lambatnya perjalanan itu, aku sendiri yang menentukannya.
Sekarang ini, aku mungkin memang masih dalam keadaan transisi, tapi aku yakin
waktu pasti akan membawaku pada kisah yang baru. Mungkin bisa cepat, mungkin
bisa bertahun-tahun. Itu semua pilihanku sendiri. Dan aku harus jadi kuat untuk
bisa memilih.
Waktu
memang akan menyembuhkan segala luka,
waktu memang akan menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Tapi cepat atau
lambatnya, kita sendiri yang menentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar