Senin, 18 Februari 2013

Sebuah Kehilangan Besar


Pagi ini, aku berhasil membuat setan-setan kecewa. Aku bangun jauh lebih pagi dari biasanya, mengambil air wudhu, dengan langkah pasti bergerak menuju masjid ujung gang. Rutinitas yang entah kapan terakhir kali aku melakukanya. Aku pun lupa.

Udara pagi di kota ini memang tak sesegar seperti udara di gunung merbabu kemarin pagi, tapi pagi tetaplah pagi, sunyi yang menyelimutinya tetaplah sama. Dimanapun itu.

Ketidakbiasaanku ini bukannya tanpa alasan, aku memang sedang butuh banyak energi. Dan aku mengisi ulang energiku dengan cara memenuhi rongga dadaku dengan udara pagi dan kesunyiannya, serta secangkir kopi tentunya.

Ya, aku baru saja kehilangan banyak sekali energi bersama dengan sepeda tuaku yang juga hilang entah kemana.

Seperti mimpi, seperti semuanya tak pernah terjadi. Rasanya baru kemarin aku bersepeda mengelilingi kota. Baru semalam aku mengayuhnya dengan semangat. Tapi pagi ini, sepeda tuaku entah berada dimana.

Sebenarnya semalam aku berharap itu semua hanya mimpi belaka. Saat aku bangun, sepeda tuaku itu sudah ada di depan kamar kostku. Tapi kenyataan tetaplah kenyataan, yang terjadi pasti terjadi.

Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita tak pernah kehilangan apa-apa
­­­_Soe Hok Gie

Ya, kita memang tidak pernah menanamkan (memiliki) apa-apa, jadi sudah sepantasnya juga kalau kita tak akan kehilangan apa-apa. Sesuatu yang memang tak pernah ada, akhirnya juga akan kembali kedalam ketiadaan itu. Sesuatu yang kita punya sekarang ini bukan lah apa yang kita punya, Tuhan hanya sedang berbaik hati meminjamkannya kepada kita, menitipkan sesuatu tersebut untuk kita jaga sepenuh tenaga. Namun, jika waktu itu telah habis, Tuhan akan mengambilnya lagi, karena itu memang hakNya, Dia yang memiliki bumi, alam semesta, dan semua isinya.

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya kehilangan. Karena Tuhan dengan sangat adilnya selalu menitipkan sesuatu kepada setiap hambanya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Namun, suatu waktu Dia mengambilnya lagi, ketika waktu yang diberikan dirasa cukup. Namun, Dia pasti akan menggantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Menggantinya dalam bentuk apapun yang Dia mau. Mungkin bukan dengan sesuatu yang sama seperti yang kita punya dulu, tapi yang pasti itu jauh lebih baik dari sebelumnya. Karena, buat yang memahaminya (yang tidak bebal dan sombong), ia akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih keren dari sekedar sesuatu tersebut, ialah pemahaman baik. Pengertian baru.

Suatu waktu mungkin kita pernah kehilangan robot-robotan, namun beberapa hari kemudian kita sudah asik bermain dengan mobil-mobilan. Suatu waktu mungkin kita pernah kehilangan uang 10ribu, tapi hari kemudian kita sudah jajan di kantin lagi. Ya, kita semua memang sudah pasti pernah merasakannya. Hidup memang selalu membawa kita pada kehilangan-kehilangan selanjutnya.

Begitu pula dengan orang-orang yang pernah kita cintai. Kita tak pernah memiliki mereka, kita hanya diberi kesempatan olehNya untuk menikmati waktu bersama mereka. Suatu waktu, Dia pasti akan mengambil kepunyaanNya lagi. Dan kita tak seharusnya meratapi kehilangan itu, karena Tuahan pasti akan menggantinya dengan sesuatu yang baru, cinta yang baru. Dan cinta itu memang jauh berbeda dengan cinta yang lama. Karena memang begitulah hidup mengajari kita, ada banyak pintu di dalam kehidupan kita. Ketika suatu pintu tertutup, kita masih punya banyak pintu yang masih terbuka, di dalamnya memang jauh berbeda dengan pintu sebelumnya. Tapi memang begitulah hidup, setiap konstelasi punya susunannya sendiri-sendiri, setiap planet punya waktu rotasinya sendiri-sendiri, dan setiap pintu punya isinya sendiri-sendiri. Bukan tentang pintu yang sudah tertutup, tapi tentang apa yang kita maknai untuk pintu-pintu yang masih terbuka.

Sama halnya dengan sepeda tuaku itu, si hitam yang ringkih. Mingkin sepeda tua itu kini sudah diambil lagi oleh Tuhan, dan Dia menitipkannya pada orang lain, tapi kenanganku dengan sepeda tua itu tak akan pernah hilang. Ia akan tetap hidup menempati salah satu ruang di dalam hatiku. Kenangan-kenangan itulah yang akan menjaga ia tetap hidup di dalam hati. Karena hal yang menyakitkan adalah bukan tentang kehilangan bentuk nyatanya, tapi saat kehilangan kenangan yang diberikannya. Ketika kenangan itu hilang, ada sebuah runang kosong yang tertinggal di dalam hati, dan itu akan merapuhkan hati.

Sebenarnya sampai sekarang pun aku masih heran, kenapa sepeda tua yang amat ringkih itu masih ada yang berminat untuk mengambilnya. Pastilah ada sesuatu yang besar yang mendorongnya untuk mengambil sepeda tuaku itu. Karena, mungkin hanya aku yang merasa nyaman-nyaman saja saat mengayuh pedal ringkihnya yang berbunyi setiap dikayuh. Apapun itu, mudah-mudahan sepeda tuaku itu bisa membantu si pengambil menyelesaikan urusannya, entah apapun itu. Dan aku berharap agar Tuhan bersedia untuk memberikannya sebuah pemahaman baik, bahwa apapun yang terjadi, mencuri adalah hal yang benar-benar hina. Aku ikhlas akan sepeda tua itu.

Tuhan selalu adil, walau mungkin terkadang kita terlalu bebal untuk memahaminya. Kita pernah merasa kehilangan, tapi Tuhan akan menggantinya dengan sesuatu yang baru. Kita hanya perlu memahaminya dengan pemahaman baik. Karena Tuhan tau mana yang terbaik untuk hambaNya. Begitu pula ketika kita belum siap maka Tuhan tak akan menitipkan milikNya kepada kita, Tuhan juga tak akan pernah mengambil apapun milikNya ketika kita belum siap. Karena Tuhan lah yang paling mengeti keadaan kita, lebih mengerti dari diri kita sendiri. Jadi, sudah seharusnya kita memasrahkan semuanya kepada Tuhan, bersukur akan apa yang kita miliki sekarang, dan apa pun yang pernah kita miliki.

Untuk beratus kilometer yang aku lewati bersamanya. Untuk beribu waktu yang aku arungi bersamanya. Dan untuk berjuta lembaran kenangan yang aku maknai bersamanya. Ia memang telah hilang, pergi entah kemana. Tapi kenangan akannya tetap tinggal dan hidup di dalam hatiku. Kenangan itu yang menjagaku tetap hidup dalam sebuah putaran waktu.

Aku sudah ikhal akan kepergiannya, dan aku bersyukur akannya. Tuhan, berilah hambamu pemahaman baik itu.

Untuk pagi, dan untuk segelas kopi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar