Jumat, 15 Februari 2013

Menjadi Bijak


Sore ini aku kembali mengayuh sepeda tuaku menyusuri jalanan kota ini. Melengkapi jalanan yang sudah semakin sesak saja dari tahun-ke tahun oleh bermacam kendaraan. Mendung, tapi pengap.

Sore ini aku kembali melanjutkan rutinitas pekerjaanku yang sudah hampir 1,5 tahun kujalani, memberi jam tambahan (ngeles). Sebagian besar anak yang menjadi siswaku adalah anak-anak dari golongan 'mampu'. Sebagian anak-anak itu ikut les karena di paksa orang tua, tapi sebagian lagi karena kebutuhan mereka yang memang membutuhkan les tambahan.

Terkadang pekerjaan ini bisa menjadi cara untuk merefresh otak dari rutinitas kampus, tapi tak jarang pekerjaan ini justru menambah penat suasana. Tapi, apapun itu aku harus bisa menikmatinya. Setidaknya aku bisa mengambil beberapa sisi positif darinya. Ya, bertemu wajah-wajah baru, cerita-cerita baru. Hujan atau terik, jingga atau gelap. Dan yang aku suka dari pekerjaan ini adalah kefleksibelannya, dan gaji yang lumayan tentunya. Aku bebas mengubah jadwal les sesuai waktu yang aku punya.

Tentu saja aku tak mau selamanya menjalani pekerjaan ini. Aku masih membutuhkan petualangan-petualangan baru. Petualangan yang bisa membawaku menapak lebih tinggi pada sisi kedewasaan. Bertemu wajah-wajah baru, budaya-budaya baru, kisah-kisah baru.

Sore ini aku memberi jam tambahan untuk siswi kelas 2 SMA. Ia tampak tak begitu semangat melalui 90 menit pembelajaran ini. Matanya sembab. Di awal ia beralasan bahwa ia masih mengantuk, tapi di akhir ia akhirnya mengakui juga bahwa ia baru putus dari pacarnya.

Ah, elegi masa muda. Percintaan yang masih mentah, tapi juga mengesankan untuk dikenang.

Dulu aku juga pernah mengalami hal yang seperti itu. Kenangan masa SMA, saat umur masih berbilang belasan. Kini umurku sudah berkepala dua, sudah banyak hal yang aku lewati bertahun-tahun dari kisah percintaan masa SMA ku. Sudah banyak kisah yang terlewati. Petualangan-petualangan membawa banyak pelajaran untuk dimaknai.

Sekarang aku melihat kisah siswi lesku itu dengan sebuah sisi kedewasaan, dan ringan aku menimpalinya. "esok bertahun-tahun setelah ini, ada banyak masalah yang lebih kompleks dari masalahmu yang sekarang. Tapi tak usah takut, karena kehidupan akan mengajarimu banyak hal untuk bisa meliwati setiap masalah yang datang. Ia akan dengan sabar mengajarimu tahap demi tahap. Percayalah kalau kau cukup kuat untuk melewatinya." Begitulah aku menasehatinya.

Sambil mengayuh sepeda tuaku menelusuri jalanan senja, aku tersenyum sendiri mengenang kisah-kisahku yang telah lalu, juga nasehat yang baru saja aku sampaikan untuk siswi lesku tadi. Betapa hidup ini terkadang begitu lucu. Tapi yang pasti, hidup mengajari kita untuk menjadi dewasa, tapi kadang kita yang terlalu bebal untuk memahami penjelasan-penjelasannya. Terlalu malas untuk memaknai hal-hal yang terlewati. Bahkan terkadang dengan teganya mengutuk dan menyalahkan kejadian-kejadian yang menimpa, mata hati kita terlalu buta untuk bisa melihat makna-makna yang terselip di balik tumpukan-tumpukan kisah.

Bertahun-tahun yang lalu mungkin aku juga masih sama saja seperti siswi lesku. Terlalu mendramatisir dan eksplosif dalam memandang masalah. Aku lupa bagaimana caranya bersukur. Kisah-kisah percintaan masa-masa SMA yang begitu absurb dan kekanak-kanakan. Kadang aku tertawa sendiri saat mengenangnya. Betapa tidak dewasanya aku dulu. Dan kadang aku berfikir, kalau saja bisa mengulang waktu, tentu ada banyak hal yang ingin aku ubah di masa lalu. Tapi waktu tetaplah waktu, ia adalah kekuatan absolut di dunia ini. Ia berputar dengan caranya sebdiri tanpa memandang keberadaan kita. Ia adalah tangan Tuhan.

Kisah-kisah yang telah terlewat menempa kita agar menjadi lebih tajam dari sebelumnya, kadang proses penempaan itu keras, kadang juga lembut. Kadang begitu lama, kadang juga terlalu singkat. Yang pasti hidup akan selalu sabar mengajari kita untuk menjadi lebih dewasa lagi.

Esok lusa, ketika waktu membawaku jauh melewati masa. Melampaui kisah-kisah. Mungkin aku akan tertawa sendiri saat mengenang kisahku hari ini, masalah-masalah yang menempaku akhir-akhir ini. Tapi setidaknya itu menandakan bahwa aku telah naik ke tingkatan yang lebih tinggi dari sekarang.

Petualangan-petualangan baru, di suatu tenpat yang baru, di waktu yang baru, dengan kisah-kisah yang baru. Esok lusa mungkin aku sudah berbubah, tak seperti yang sekarang ini. Tapi aku percaya, perubahan itu selalu positif selama aku bisa memaknai hidup ini dengan pemahaman yang baik. Aku hanya harus selalu bisa untuk menikmati jalan yang sudah digariskan untukku, bersyukur akan apa yang aku dapat. Berani untuk melewati itu semua.

Karena aku percaya, hidup akan membimbing kita untuk menjadi bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar