Jumat, 25 Mei 2012

Tentang Pertentangan


Hari masih pagi, kabut tipis belum beranjak pergi.
Menyelimuti dingin wajah-wajah yang berbasuh air.
Tiga hari ini, rekor baru telah kutorehkan, tiga hari bangun lebih pagi dari penghuni kost lainnya, berlomba dengan kabut pagi, mencoba mengais-ngais dingin lewat tetes-tetes air kran, dan melangkahkan pagi melewati kesunyian yang ditinggalkan malam…
Tiga hari ini aku bisa bangun untuk sholat shubuh di surau ujung gang, berangkat sebelum adzan selesai, sebelum setan berbisik mengajak kembali tidur, berselimut hangat..
Sisa-sisa energi ini, energi dari pemahaman baru tentang rumah, selalu berhasil mengusikku dari tidur, mengajakku melangkah menyusuri dinginnya pagi...
Hari-hari kemarin, tentang rumah, mengajariku banyak hal. Tentang indahnya rumah, tentang kesederhanaan, dan tentang indahnya penerimaan..
Energi ini sedikit memperluas ruang kecil di pusat hati. Memberi ruang untuk memikirkan banyak hal, tentang hidup, tentang goresan-goresan kisah yang mencoba untuk diartikan…
Juga tentang pertentangan. Tentang dia, gadis kecil berwajah sayu...
Terkadang, energi ini juga cukup untuk menenangkan hati, cukup untuk membelenggu goresan wajahnya. Meyakinkanku bahwa sekarang lebih baik begini. Tapi terkadang energi ini malah berbalik menikam. Mengajak berdiskusi, dan lagi-lagi keraguan itu muncul…
Energi ini, terkadang justru merapuhkanku…
Ah, ketika pagi datang, adzan subuh berkumandang, ada begitu banyak rasa tenang. Tapi bukankah ketika sepi kita akan lebih bisa mendengar sesuatu, apapun itu. Dan disetiap pagi, aku bisa lebih mendengar suara hatiku, ketika hati berteriak. Tentang pertentangan…
Dan Tuhan, mohon dengarlah teriakan hati ini…
Apakah ini doa? Entahlah, apa aku percaya dengan doa-doa.
Kemarin, ada teman yang tiba-tiba bertanya, "ngga, kamu rajin banget ke masjid akhir-akhir ini, pasti lagi ada maunya ya?"
Pertanyaan yang aku pun tak yakin akan jawabannya. Karena aku memang tak tau apa mauku. Aku hanya ingin menenangkan pikiran, mencoba melerai pertentangan. Dan energi dari rumah ini, selalu berhasil mengajakku untuk menepi sejenak ke surau ujung gang. Aku ingin Tuhan mendengarkan teriakan hatiku, bukankah Dia maha mendengar. Dan kemudian Dia bersedia untuk membisikan apa yang hatiku ucapkan, karena aku tak benar-benar mendengar teriakannya…
Mungkin yang temanku aneh dengan kerajinanku ini. Mungkin ia mengira aku rajin akhir-akhir ini karena sedang meminta sesuatu, lewat doa-doa..
Ah, aku hanya ingin menenangkan pikiran, agar aku bisa labih mendengar apa yang diteriakan hatiku…
Bukan untuk memanjatkan doa yang panjang-panjang. Karena sejujurnya aku tak begitu percaya akan doa-doa...
Bagiku, doa-doa hanyalah sebuah ritual untuk meyakinkan diri sendiri akan menjadi seperti apa hari esok. Karena takdir bukankah sesuatu yang sangat misterius dan rahasia. Tapi, bagiku doa-doa pun tak sanggup untuk mengubah takdir-takdir yang sudah ditulis jauh-jauh hari. Doa bagiku adalah bentuk lain dari optimisme akan hari esok, meyakinkan diri sendiri…
Takdir sudah ditentukan, kita hanya perlu menerima dan menjalaninya tanpa tau esok akan menjadi seperti apa takdir membimbing kita…
Dan aku yakin takdirku juga sudah tertulis, aku hanya perlu menerimanya…
Tapi aku terlalu takut, takut akan hari esok akan menjadi seperti apa. Ketakutan inilah yang melilit kakiku hingga sulit untukku melangkah. Apakah ini juga bagian dari takdirku?
Karena hidup adalah soal keberanian menghadapi takdir, juga soal penerimaan akan takdir. Hari kemarin, hari sekarang, dan hari esok…
Aku tak tau akan menjadi seperti apa takdirku dan takdirnya, dan aku terlalu takut, bahkan hanya untuk memikirkannya. Dan aku begitu takut untuk melangkahkan hari kaki, hingga aku terjebak pada pertentangan ini…
Apakah menjadi sahabat itu yang terbaik, ataukah hatiku mengingkinkan lebih dari ini…
Gadis kecil bermata sayu…
Tuhan, beri aku sedikit keberanian untuk melangkah, untuk menuju takdirku. Dan berilah ketulusan untuk menerima semua takdirku…
Untuk pertentangan hati, dan untuk adzan subuh yang telah lewat…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar