Sebuah celah kecil,
tersembunyi dibalik batu-batu besar yang tersusun rapi.
Lupa untuk diperhatikan satu pasang mata yang selalu terjaga,
yang selalu sibuk mencari hal-hal besar di depan rumah yang sedang ia bangun.
Apakah ia lupa kalau hal besar ada karena hal kecil?
Seperti celah kecil di rumah besar yang belum jadi.
Mentari bersinar terang.
Sinarnya sibuk mencari-cari jalan.
mengejar kesana kemari celah-celah kecil yang bertambah satu setiap kali malam datang.
Saat mentari bersembunyi di balik bukit.
Apakah ia belum juga memperhatikannya?
Celah-celah kecil saling tertawa.
Manja digelitik sinar mentari pagi ini.
Tawanya saling menyahut, bergema disana sini.
Riang sekali ditingkahi burung gereja yang terbang bergerombol.
di depan rumah yang belum jadi.
Ah....
Ia, akhirnya tersadar, terbangun dari mimpi-mimpi dikala pagi.
Mimpi yang hadir saat ia terjaga,
saat mencoba melihat banyak hal di depan rumah yang belum jadi,
burung gereja yang terbang kesana kemari.
Bukankah tawa mereka memang keras?
mengagetkannya dari mimpi di pagi ini.
Sebelum kaki kembali melangkah...
Sebelum angin pagi kembali berhembus...
Sebelum detik kembali menunjuk angka lainnya...
Sebelum sinar mentari kembali berlari riang...
Sebelum pagi kembali menjemput siang...
Sebelum sepasang mata selesai menerka,
menyampaikan informasi ke otak yang kecil di kepala yang juga kecil.
Tawa riang celah-celah kecil itu terlalu keras.
Batu yang sudah tersusun rapi akhirnya jatuh berguguran.
Rumah yang belum jadi akhirnya roboh terbawa aliran waktu.
Kaki kembali melangkah...
Angin pagi kembali berhembus...
Detik kembali bergerak menunjuk angka lainnya...
Sinar mentari kembali riang berlari...
Burung-burung gereja kembali terbang...
Pagi kembali menjemput siang...
Sepasang mata akhirnya selesai menerka,
menyampaikan informasi ke otak yang kecil di kepala yang juga kecil.
Bahwa rumah yang belum jadi, telah runtuh
roboh oleh celah-celah kecil yang selalu ia lupakan.
Apakah ia akan tetap diam?
Sibuk dengan mimpi-mimpi dikala pagi.
Menyaksikan reruntuhan rumahnya,
seperti seorang turis yang terkagum-kagum akan peninggalan kejayaan dulu
Hingga kemudian angin membawanya pergi,
jauh berlari meninggalkan reruntuhan rumah yang belum jadi
Ataukah ia akan memungut batu-batu besar yang berserakan dimana-mana?
menyusunnya kembali satu-persatu.
Bertahap membangun rumahnya yang belum jadi dulu.
Tapi pastilah ia sudah belajar tentang celah?
Rumah yang sekarang ia bangun pastilah berbeda dengan rumahnya dulu?
"Proses pastinya memberikan banyak hal untuk dipelajari. Bukan hanya tentang kesakitan, tapi juga tentang kesenangan. Proses belajar yang akan menuntun manusia ketahap selanjutnya. Membangun satu tingkat rumahnya secara bertahap"
Kaki-kaki...
Angin pagi...
Detik-detik...
Sinar mentari...
Burung gereja...
Pagi dan siang...
Putaran waktu kembali membimbingnya berjalan.
"hidup memang soal pilihan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar