Hari ini, TV kembali disuguhi oleh sinetron-sinetron yang berkisah tentang mimpi, tentang imajinasi tanpa batas. Si pemeran utama yang selalu saja disakiti, kemudian mampu bangkit lagi, hingga suatu hari kemudian disakiti lagi. Mimpi tanpa batas, adalah khayalan yang tak pernah dapat tergenggam.
Kenyataan adalah batas dari setiap mimpi-mimpi.
Televisi, dulu adalah hiburan rakyat yang dapat mempersatukan semua lapisan, semua kasta. Aku pun masih ingat bagaimana indahnya menonton satria baja hitam sambil berdesak-desakan dengan anak kampung sebelah, atau ketika bersorak bersama ketika Solkjaer menceploskan gol kemenangan untuk timnya. Lalu untuk apakah sekarang televisi?
Tiap rumah pasti punya, dan di tiap rumah itulah bocah-bocah dicekoki dengan cerita khayal yang tak pernah berani memandang kenyataan, juga tentang kehidupan orang lain yang mereka tau, tapi sekalipun tak pernah mengenal mereka. kehidupan semu, kenyataan pun dianak tirikan, dan televisi mengatasnamakan kebebasan untuk melakukan itu semua.
Demokrasi akan kebebasan selalu menjadi nyanian mereka, bahwa bebas berkarya adalah jurus ampuh mereka untuk meninju kenyataan.
Mereka membuai bocah-bocah itu dengan dongeng khayalan, mencadi candu, dan akhirnya bocah-bocah ini lupa akan kenyataan. bahwa malam ini belum makan, juga esok entah masih bisa sekolah atau tidak, bahkan lupa akan mimpi-mimpi mereka masing-masing.
Kebebasankah yang membantu khayal mengalahkan mimpi??
buatku itu bukanlah kebebasan, itu hanyalah cara mereka untuk mengelabui kenyataan. Mnecoba berlari jauh, berlindung pada dunia mereka masing-masing. dan lebih menjijikan lagi mengajak bocah-bocah yang apa adanya kedalam dunia mereka..
Kebebasan menurutku adalah seperti layang-layang...
Tanpa benang yang kokoh, layang-layang akan jatuh ketanah. Tanpa pegangan, prinsip, kebebasan akan jatuh. Dan akhirnya hanya menyisakan kemunafikan...
bebas berkarya, bebas bermimpi. namun hati lah yang sebenarnya menjadi benangnya, hingga kita bisa leluasa untuk menerbangkannya...
Terbanglah jauh, melihat banyak hal. Belajar banyak hal...
Mengejar mimpi-mimpi, di balik gerombolan awan...
Esok lusa, ketika angin tak lagi berhembus, ketika semuanya terasa cukup.
Kembali lah ke tanah basah ini...
Bebas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar