Malam mulai beranjak.. melangkah pelan menuju peraduan..
Bulan menyabit terang, mengisi kegelapan yang menghimpit penat..
langit memang sedang terang, atau mungkin bumi yang terlau gelap,, aku tak tau...
Tapi aku suka gelap.. Tenang, dan damai..
Malam ini, mega-mega tampak bercahaya, tak sehitam malam-malam kemarin. Aku bisa melihat bintang yang bersinar terang beriringan dengan Bulan yang sempurna menyabit. Mungkin itu memang bintang, mungkin juga benda langit lainnya yang berkesempatan menerangi bumi dengan memantulkan cahaya dari sang surya, aku tak tau pasti apa itu. Sepertinya nilai A- ku dari kuliah astronomi semester kemarin tak membantu banyak.
Malam ini, kembali aku mengayuh sepeda ontel tua, sahabat lama. Tapi bukan untuk berkawan dengan malam, menikmati tiap tetes sejuknya. Tapi untuk belajar menjadi seorang pendidik, walaupun lelah tengah menerjang dengan buas tapi itu sudah menjadi tanggung jawabku, menjadi seorang pendidik yang profesionalitas.
Tetap saja, ketika lelah datang tak sabaran, maka tanpa tau menunggu, ada sesuatu yang mengusik kesendirian ini. Wajah seorang gadis dengan mata sayu yang selalu teduh, atau keceriaan yang selalu tersenyum. Tapi aku belum mau mengartikannya lebih jauh, mungki ini hanya sebatas rasa yang dikemudian hari akan berlalu begitu saja. bukankah ini memang selalu terjadi, karena pada akhirnya aku masih saja memilih berbagi dengan kesendirian.
Jalanan yang turun, memberiku banyak waktu untuk berfikir. untuk menikmati malam yang tenang, atau tentang angin malam yang sejuk. Entah lah, justru perasaan sepi ini semakin tajam menyayat, menggores kan bekas luka.
"Semua hal itu relatif, tergantung dari mana kita melihat sudut pandang."
Prinsip yang coba ku pertahankan, begitu pula untuk malam ini. Ketika kesepian dan kesendirian bekerjasama untuk menjatuhkanku, maka aku akan menggenggam tangan mereka. berdamai, dan bersahabat. aku harus bisa menikmati kesepian ini, kesendirian ini. bukankah malam ini teramat tenang, teramat damai...
Angin malam sejuk membelai....
Angin malam sejuk membelai....
Menyapa kesendirian, dan kesepian...
Hingga akhirnya kembali pada tempat yang sama, dimana aku selalu bisa berdamai dengan kesendirian dan kesepian ini...
lampu-lampu kota yang menawan, sepi dan tenang.. di jalan lurus ini aku selalu mencoba menikmati malam...
Karena aku suka malam, juga redupnya lampu-lampu kota...
Menikmati sebatang coklat, menikmati potongan-potongan malam. Sendiri, mencoba berdiskusi dengan diri ini, menenangkan kelelahan siang tadi..
Karena aku suka malam...
Hey, ketika kubuka mata jauh, kulihat ada seorang gadis di ujung jalan itu. mungkin ia sama sepertiku, sedang menikmati malam, atau juga sedang menepi dari penatnya masalah hidup..
Tapi aku tak peduli, karena sekarang, aku juga sedang sibuk dengan duniaku sendiri, berdiskusi dengan diriku sendiri..
Malam kian larut, dan sepertinya kantuk mulai menyergapku tiba-tiba..
Maka ruang 2X3 siap menyambutku dengan kesejukan dan ketenangannya, karena disanalah zona nyamanku berpusat..
Tersenyum, gadis di ujung jalan itu tersenyum dengan lembut ketika sepeda tua ini melintas...
manis...
cantik...
Entahlah, tiba-tiba kesendirian dan kesepian ini menguap, juga wajah gadis kecil dengan mata sayunya, sudah kubilang kan bahwa rasa itu juga hanya lalu, aku harap seperti itu...
Burung kertas...
Aku teringat akan burung kertas yang aku rangkai tiap hari, entah untuk apa atau siapa. tapi aku memang suka seni melipat kertas dari negeri sakura, aku suka membuat burung-burung kertas...
Dan seketika itu, aku memutar speda tua ini, mengambil sebuah burung kertas dari dalam tas.. dan dengan senyum malu-malu kuhampiri gadis itu. "Ini, dari pada sendirian"....
Entah kekuatan seperti apa yang mendorongku berbuat konyol seperti ini, hal konyol yang pertama kali kubuat..
Mungkin kesendirian ini, atau bisa juga kesepian ini...
Tanpa tau nama dan siapa,, tangan ini melepas sebuah burung kertas berwarna perak, mengulurkannya pada senyum gadis itu.. senyum yang manis,, lalu aku pergi begitu saja...
Ku tak perlu atau siapa dia, bagiku senyumnya malam ini sudah cukup...
Gadis manis, semoga kau tak kesepian lagi, atau mungkin masalahmu sedikit lebih ringan.. Burung kertas, bantulah ia melanjutkan hidupnya, karena senyum manisnya teramat sejuk...
Gadis manis,, tetaplah tersenyum..
Kesepian dan kesendirian kadang bisa jadi teman yang paling mengerti, juga dengan malam...
Dan percayalah, masalah ada untuk membantu kita menuju sebuah tingkatan yang lebih tinggi lagi...
Untuk gadis dengan senyum termanis, juga untuk gadis dengan wajah sayu...
kertas ini kulipat hingga memebntuk wajah seekor burung....
Juga untuk malam.............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar