Jumat, 13 Maret 2015

Kembali Pulang

12 Februari 2014, tak terasa sudah satu tahun lebih aku tak mengunjungi rumah 14 inci ini. Kalau saja rumah 14 inci ini adalah sebuah bentuk fisik, pasti sudah tak karuan lah bentuknya. mungkin debunya sudah mengendap bersenti-senti. atau juga sudah tak terhitung lagi sarang laba-laba yang memenuhi setiap sudut plafonnya. tapi, yah namanya juga rumah imaji, tempat semua emosi mengendap, tak perlulah aku bersusah payah buat membersihkan rumah 14 inci ini.
Bukankah memang sebuah rumah tak melulu soal fisik? rumah buatku adalah sebuah tempat yang nyaman untuk berpulang. Tempat menumpahkan segala emosi yang memampat, keluh kesah tanpa arah. Dan ya, rumah 14 inci ini nyatanya sudah lama tidak menampung segala cerita selama setahun ini yang terlalu banyak bahkan untuk sekedar dibuat sebuah buku. Mulai dari perjuangan di tanah batas peradaban -Flores-, perjalanan-perjalanan yang sudah pasti tak pernah bisa dilupakan begitu saja, kesepian-kesepian, hingga perjalanan kisah cinta yang selalu saja sensitif -mungkin lain kali akan kuceritakan. Yang pasti kini aku telah dilemparkan oleh waktu kedalam sebuah pusaran baru yang jelas berbeda dari pusaran-pusaran sebelumnya. tapi, sudah pasti pusaran ini pun nantinya akan memampatkanku kedalam bentukku yang baru.
mudah-mudahan, rumah i14 inci ini masih sama nyamannya dengan dulu. Menjadi pendengar untuk cerita-cerita absurb yang kadang membuatku malu. kisah-kisah yang akan menjadi perabot manis di setiap sudutnya. saat malam, saat hujan, saat angin mendera, atau saat sepi kembali menelikung hati.
selamat datang lagi, yah, akhirnya aku kembali merasakan pulang setelah merentang begitu jauh jarak.

Dibawah ini aku sisipkan sebuah lagu berjudul Tentang Rumahku dari DDH

Tentang rumahku
Di ujung bukit karang yang berbatu
Beranda rumahku
Tumbuh tumbuhan liar tak tahu malu
Tentang rumahku
Berbagai macam musim telah kurengkuh
Jadi saksi bisu
Cerita mimpi indah di masa lalu
Yang terlahir dari sebuah gerbang waktu
Yang menjadi tembok kokoh mengitari rumahku
Adakah yang lebih indah dari semua ini
Rumah mungil dan cerita cinta yang megah
Bermandi cahaya di padang bintang
Aku bahagia
Tentang rumahku
Tak kan goyah walau badai mengamuk
Seperti pohon jati
Akarnya tertancap di poros bumi
Sewindu merindu
Kembali pulang dengan sebongkah haru
Senyum menyambut
bagai rindu kumbang pada bunga di taman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar