Senin, 09 April 2012

Puisi-puisi

Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, banyak kisah, juga cerita. Namun akhir-akhir ini aku lebih merasa melankolis, entah apa penyebabnya. Mungkin karena hidup yang sangat melelahkan ini kemudian pelan-pelan membawaku pada imajinasiku sendiri, atau mungkin karena efek novel terakhir yang kubaca.

Tiga pusi untuk hari-hari kemarin....


Hujan Turun di Ujung Jalan Itu


Butiran-butiran yang jatuh
Membasahi daun, aspal, juga redup lampu kota
Berkejaran satu dengan yang lainnya
Berlomba, mengumbar ego menuju tanah kering
Akhirnya hujan turun di ujung jalan itu


Muda-mudi tertawa nyaring
Menghindari genangan juga cipratannya
Saling bergandeng, berlari riang
dan akhirnya menghilang dibalik redup lampu kota
Karena hujan turun di ujung jalan itu


Bulan malu-malu mengintip
Menikmati tetes demi tetes yang jatuh
Membasahi helai demi helai daun yang kering
Merangkainya kembali menjadi utuh
Potongan-potongan saat hujan turun di ujung jalan itu


Esok mungkin mentari akan menghapus jejak basah ini
menggantinya dengan sajian debu pekat
Dan waktu kembali berputar seperti hari kemarin
Saat wajah-wajah yang gelisah menengadah cemas
karena sepi menakutinya dengan topeng warna-warni


Biarlah sejenak aku nikmati potongan kisah ini
Saat hujan turun di ujung jalan itu




Untuk Burung Kecil


Burung kecil terbang rendah
dengan kepaknya yang kecil,
dengan matanya yang kecil,
dengan ekornya yang kecil,
dengan kakinya yang juga kecil,
Lalu hinggap malu-malu di dahan yang tak lagi kering


Sendirian...
Menatap luasnya langit senja
Menikmati curahan hujan di bulan Desember
Bertahan dari hempasan badai Selatan
Berharap esok ia dapat terbang tinggi
menggapai awan menuju ujung pelangi
yang terbit di ujung hujan Desember


Dan aku masih saja di sini
mengagumi tekad seekor burung kecil






Kerinduan


Dini hari aku terjaga
dan kini masih juga membaca
tentang hidup,
tentang aneka warna,
atau yang orang sebut dengan 'cinta'


wajah-wajah yang berganti
dari waktu ke waktu,
dari saat ke saat,
dengan rasa dan bentuk yang berbeda
tapi tetap saja selalu sama
karena itu semua hanyalah topeng


Bumi kembali berputar
menyapa sang mentari,
dengan cara dan sisi yang selalu sama
tak ada topeng, tak ada pembatas
dan selalu membawa pada satu ingatan yang sama
kembali pada satu wajah yang sama
tanpa topeng, tanpa pembatas


Entah ini yang orang sebut dengan 'cinta'?
tapi yang aku tahu, inilah kerinduan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar