Pagi,
siang, senja, malam, kemudian berputar lagi melewati pagi…
Begitulah
waktu, selalu berputar dengan cara yang sama melewati kisah yang berganti tiap
ia lewati. Bahkan terkadang justru ia yang dengan jahil meninggalkan goresan
kisah pada tiap jejaknya. Bukankah yang namanya goresan itu terkadang
menyakitkan, terkadang pula sebuah kenangan indah yang akan selalu sulit untuk
dilupakan…
Waktu
itu seperti roda besar yang berputar dengan kecepatan konstan menggunakan
sebuah mesin yang sangat misterius. Tak peduli ada batu yang menghalanginya,
tak peduli ada lubang yang siap menjebaknya, roda waktu akan terus berputar,
dengan kecepatan yang sama, dengan cara yang sama. Tak peduli kita sedang
berduka, atau pun sedang berbahagia, waktu akan terus berputar, meninggalkan
jutaan kisah menjadi kepingan-kepingan kenangan yang terkadang tak pernah bisa
dilupakan…
Itulah
keagungan dari sang waktu, yang digerakan oleh sebuah energy misterius, oleh
tangan Tuhan…
Ada
masa lalu, masa sekarang, dan masa depan…
Pernah
aku mendengar dari sebuah film, kebahagiaan itu, saat-saat dimana kita merasa
bahwa tak ada masa lalu, masa depan, yang ada hanya masa sekarang. Memang benar
adanya, saat-saat dimana kita tidak memikirkan masa lalu dan masa depan,
rasanya semua beban terangkat, semua kisah yang menjemukan ditutup, hanya ada
kesenangan waktu sekarang, tak perlu bersusah-susah memikirkan masa lalu dan
masa depan. Rasanya semua hal menjadi indah. Inilah cara yang tepat untuk
sejenak menyingkir dari penatnya hidup. Tapi, seharusnya hanya sesaat saja kita
boleh berpandangan seperti itu, karena seperti yang sudah aku katakana, bahwa
waktu akan terus berputar dengan kecepatan yang sama, dengan cara yang sama,
maka kita harus bisa kembali mengejarnya, berlari meraih masa depan kita masing-masing.
Dan semua yang telah tertinggal dibelakang, hanya tinggal menyisakan rekaman
kisah yang sudah seharusnya kita kenang, karena sesekali kita memang harus
melihat rekaman itu, untuk menentukan kemana kita akan melangkah, kemana kita
akan berlari untuk mengejar sang roda waktu…
Juga
seperti dua hari kemarin, kenangan indah yang tak pernah bisa ku lupakan.
Kenangan indah dipuncak merapi…
Entahlah,
karena memang sepertinya aku sudah jatuh cinta dengan merapi. Sudah dua kali
aku mencapai puncaknya, tapi tetap saja, rasa senangnya tak akan bisa berubah.
Keindahan dan keagungan merapi, selalu saja bisa membuatku melupakan masa lalu,
juga masa depan. Hanya ada waktu sekarang, berdua hanya aku dan merapi…
Karena
aku suka naik gunung…
Berkejar-kejaran
dengan kabut tipis yang perlahan naik, atau berlindung dibalik batu saat kabut tipi
situ turun perlahan melewati bukit…
Sejenak
menghela nafas, mengelap keringat yang tercecer kemana-mana, duduk diatas batu
memandang ke luasnya daratan yang hijau…
Saling
bertanya, kapan jalan setapak ini berujung, atau sekedar saling meneriaki
kata-kata penuh semangat…
Dan
aku suka…
Dua
hari yang lalu, yang sekarang masih menyisakan sakit pada otot-ototku, juga
jejak senar mentari yang membakar wajahku…
Aku
suka…
Pendakian
merapi dua hari yang lalu mengajarkanku akan banyak hal, terutama tentang
tanggung jawab. Ya, pendakian kemarin aku yang bertindak sebagai ketua, berat
rasanya mengemban tanggung jawab itu. Karena semua kru adalah pendaki amatir,
yang sebenarnya adalah kawan satu perjuangan mendapatkan title S.Pd. sebelas
orang pendaki, hanya aku dan satu kawanku yang sudah berpengalaman, tapi justru
disitulah letak keindahan itu, karena aku banyak belajar tentang sebuah
kepemimpinan dan tanggung jawabnya…
Inilah
salah satu yang kusuka dari pendakian, semuanya tiba-tiba menjadi keluarga, dan
setiap orang benar-benar menjadi dirinya sendiri, karena tiap kebohongan dan
topeng yang selalu dipakai telah diterbangkan oleh angin gunung yang begitu
dingin. Memang kadang ada yang menyebalkan, ada pula yang menyenangkan, tapi
bukankah semua itu diri mereka sendiri. Setidaknya itu lebih baik dari sekedar
berpura-pura baik…
Banyak
tawa dan canda yang terukir di tiap hentakan kaki di lereng merapi yang hijau
dan dingin, banyak peluh yang menetes, banyak pula teriakan-teriakan pembakar
semangat, teriakanku tentunya…
Karena
aku sebagai ketua pendakian, sudah menjadi tanggung jawabku untuk meneriaki
mereka…
Hari
yang indah, tak ada masa lalu, dan masa depan…
Wajah-wajah
yang cemas akan badai yang menerjang semalam, atau saat mentari begitu telak
membakar wajah, lelah.. dan selalu membuatku tersenyum saat mengenangnya…
besemangat bercerita tentang hari kemarin…
Sebenarnya
pendakian merapi kemarin sebagai pelunas hutangku pada seorang gadis, karena
aku telah berjanji untuk mengajaknya menikmati senja di puncak merapi, namun
sayang alam tak merestui senja untuk gadis kecil itu, dan kini janji itu
menggantung tinggal separuh saja, entahlah…
Aku
tahu dia sangat suka akan senja, karena banyak hal yang ia lewati bersama senja
di masa lalu, dan aku masih saja belum bisa membawakan senja yang indah yang
sudah aku janjikan, maaf…
Terlepas
dari itu semua, pendakian merapi kemarin benar-benar berkesan, benar-benar
indah, banyak hal yang tak mampu ku tulis, banyak hal yang hanya bisa kurekam
lewat kepingan-kepingan kenangan yang tersimpan rapi di kepala kecilku…
Dan
waktu kembali berputar, membawaku kembali pada rutinitas ini, memang penat dan
menjemukan, tapi sebenarnya ada banyak hal yang bisa ku ambil untukku belajar
lagi, agar kelak dapat lebih banyak penjelasan tuhan yang mampu aku pahami. Dan
ada banyak cara yang bisa ku tempuh dalam memandang hidup ini…
Terima
kasih waktu,, terimakasih gunung merapi,, aku akan selalu merindukan rimbamu,,
juga merahnya sinar mentari saat melambai dari balik punggungmu,, saat senja
datang…
Terima
kasih semua…
Waktu
kembali berputar, sperti kemarin…